Minggu, 24 April 2016

Inilah Yang Membuat Pertanian Jepang Maju

Jepang sangat dikenal dengan industri pangan dan pertaniannya. Sistem pertanian di Jepang sudah menjadi rahasia umum di seluruh dunia mempunyai sistem kerja yang baik.
Pantas saja jika pertanian di Jepang sangat berkembang pesat. Pemerintah Jepang menerapkan empat pilar pembangunan pertanian Jepang yang salah satunya adalah farm size expansion. Kebijakan ini bertujuan agar kepemilikan lahan pertanian semakin bertambah dari empat hektar menjadi 15–20 hektar untuk setiap keluarga petani.
Kemajuan pertanian Jepang juga bisa dilihat dengan berkembangnya sistem pertanian urban. Bahkan pertanian urban di Jepang kini menjadi andalan untuk memasok produk-produk pertanian yang segar, sehat, dan cepat. Meskipun dikenal sebagai negara agraris, nyatanya pertanian di Indonesia belum bisa bersaing dengan Jepang. Kekayaan sumber daya alam Indonesia menjadi modal utamanya untuk bisa bersaing. Berikut empat sistem yang membuat pertanian Jepang sangat maju.
  1. Teknologi pertanian yang canggih
Kuatnya industri otomotif di Jepang berdampak pada pertanian. Sistem pertanian di Jepang telah menggunakan teknologi yang canggih. Untuk menanam, menyirami, hingga memanen, petani Jepang telah dibantu dengan mesin. Jika di Indonesia membajak sawah masih menggunakan bajak tunggal, di Jepang membajak telah menggunakan bajak enam sehingga 1-2 jam telah selesai.
  1. Perhatian pemerintah yang tinggi terhadap pertanian
Di Jepang, pertanian benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Tata niaga pertanian Jepang telah diatur sedemikian rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan yang ditanam petani. Apa yang ditanam sudah diatur sesuai dengan permintaan pasar.
  1. Harga produk pertanian yang terkontrol
Pemerintah juga turut campur tangan terhadap harga produk pertanian. Kebanyakan hasil pertanian dibeli oleh pemerintah sehingga pemerintah bisa mengendalikan harga yang layak.
  1. Lahan pertanian yang dimiliki tiap petani luas
Jangan bayangkan lahan pertanian di Jepang seperti di Indonesia yang tiap petani hanya memiliki sepetak atau dua petak sawah. Di Jepang, seorang petani biasa memegang 7-10 hektar sawah. Sawah yang dimiliki satu keluarga di Jepang diwariskan dengan cara tidak dibagi-bagi seperti yang terjadi di Indonesia. Setiap keluarga, hanya ada satu anak yang akan mewarisi lahan pertanian. Anak yang benar-benar ingin menjadi petani yang akan dipilih untuk mewarisi lahan pertanian. Sedangkan anak lainnya akan menerima warisan dalam bentuk lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar