Cp wahyudi 081335677210/085853333129 Melayani pengadaan pupuk organik granul,powder cair dan obat - obatan pertanian serta bibit dan biji berbagai tanaman hutan dan perkebunan seperti jabon, sengon laut ,trembesi jati,suren, sukun ,durian, nangnka, apukat, glodok, tanjung, dll serta siap untuk kerjasama dalam pengolahan lahan
Kamis, 18 April 2013
Minggu, 07 April 2013
JAHE GAJAH
BUDIDAYA JAHE GAJAH
I.
PENDAHULUAN
I.a Latar belakang
Jahe merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar
dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini
disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan
jahe terutama sebagai bahan
minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe
termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya
seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan
lain-lain. Nama daerah jahe antara lain
halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh
(Minangkabau), jahi (Lampung),
jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito
(Gorontalo), geraka (Ternate), dsb
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm
sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit,
panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ;
bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang
agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk
tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ;
panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak
berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7
buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hamper tidak berbulu,
panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada
ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75
cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk
tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir
berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 –
15 mm ; kepala sari berwarna ungu panjang
9 mm ; tangkai putik 2
Jahe
gajah banyak dimanfaatkan
sebagai bahan campuran makanan, minuman, kosmetika dan bahan baku dalam
kegiatan industri. Semakin pesatnya kegiatan industri obat-obatan modern,
tradisional dan industri-industri lain yang bermunculan dengan menggunakan
bahan baku jahe menyebabkan permintaan komoditi ini cenderung meningkat dari
tahun ketahun.
Jahe
gajah tidak hanya berprospek didalam negri saja tetapi juga memiliki peluang
besar untuk diserap oleh pasar internasional. Jahe gajah berpotensi sebagai
komoditas export yang dikirim dalam bentuk segar, kering, asinan , minyak
atsiri dan oleoresin. Negara pengimport jahe gajah saat ini adalah Singapura,
Jepang, Jerman, USA, Kanada, Maroko, Perancis, Hongkong dan Belanda.
Jahe
gajah sangat besar peluangnya untuk dikembangkan di-Indonesia karena didukung
oleh iklim, kondisi tanah dan letak geografis yang cocok bagi pembudidayaan
tanaman ini. Disamping itu dengan adanya ketersediaan lahan yang luas dan
melimpahnya sumberdaya manusia sangat memungkinkan untuk meningkatkan
produktivitas yang maximal.
Jahe gajah memiliki potensi produksi cukup tinggi yaitu mencapai 25 ton / hektar bahkan dengan teknologi intensif hasil produksi mencapai 65 ton / hektar. Oleh karena itu jahe gajah dapat lebih dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan yang mampu memberikan harapan dan nilai ekonomis yang tinggi.
Jahe gajah memiliki potensi produksi cukup tinggi yaitu mencapai 25 ton / hektar bahkan dengan teknologi intensif hasil produksi mencapai 65 ton / hektar. Oleh karena itu jahe gajah dapat lebih dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan yang mampu memberikan harapan dan nilai ekonomis yang tinggi.
I.b Manfaat dan kegunaan jahe gajah
Asinan
Jahe dalam Kemasan di Jepang.Didalam rimpang jahe kering mengandung pati sekitar
58% , protein 8% , oleoresin 3% -5% dan minyak atsiri 1% -3% . Minyak atsiri
adalah minyak yang gampang menguap dan memberikan bau khas pada jahe. Minyak
atsiri mengandung komponen utama yang berupa senyawa zingiberen dan zingiberol.
Penyebab rasa pedas dan pahit pada jahe adalah senyawa oleoresin.
Kandungan nutrisi ( gizi ) dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51, 00kal , protein 1, 50g , lemak 1, 00g , karbohidrat 10, 10g , kalsium 21, 00mg , fosfor 39, 00mg , zat besi 1, 60mg , vitamin A 30, 00SI , vitamin B 1 0, 02mg , vitamin C 4, 00mg , air 86, 20g , bagian yang dapat dimakan 97, 00%.
Kandungan nutrisi ( gizi ) dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51, 00kal , protein 1, 50g , lemak 1, 00g , karbohidrat 10, 10g , kalsium 21, 00mg , fosfor 39, 00mg , zat besi 1, 60mg , vitamin A 30, 00SI , vitamin B 1 0, 02mg , vitamin C 4, 00mg , air 86, 20g , bagian yang dapat dimakan 97, 00%.
Jahe
gajah dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat diantaranya adalah obat perangsang
selaput lendir besar, rematik, sakit kepala, perangsang gerakan usus, pencernaan
dan perut kembung, batuk kering, peluruh keringat, sakit tenggorokan, mulas dan
salesma lambung.
Jahe
gajah juga digunakan sebagai bahan pembuatan bir jahe ( ginger beer ) dan
anggur jahe ( binger wine ) . Didalam minyak jahe terkandung berbagai senyawa
seperti kurkumen, pinen, felandren, linalool, bormeol, sitral, kamfen,
farnesen, seskuiterpen, , sineol, metilheptenon, alcohol dan aldehid yang
dimanfaatkan secara luas dalam industri makanan dan minuman
Jahe
gajah dikonsumsi sebagai bumbu dapur bermacam-macam masakan mulai dari bumbu
opor, gule, sayur oseng dan lain-lain, selain itu juga dapat dibuat menjadi
berbagai macam produk olahan untuk export misalnya jahe kering ( dried ginger )
, minyak jahe ( ginger oil ) , bubuk jahe, oleoresin jahe dan asinan jahe (
salted ginger ) . Jahe gajah asinan banyak diminta oleh negara Jepang
II.
SEKILAS
BUDIDAYA JAHE GAJAH
Jahe gajah
dapat tumbuh didataran dengan ketinggian 0 s/ d 1400 dpl namun akan tumbuh
bagus apabila ditanam didataran dengan ketinggian 400 s/ d 800 dpl. dengan suhu
berkisar 20 – 30 derajat Celcius. Komoditi ini berproduksi dengan baik ditanah
yang gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan PH 5, 5 – 7. Jahe gajah
menghendaki sinar matahari minimal 8 jam setiap hari dan kelembapan udara yang
cukup tinggi dengan RH 60% -90% .
Jahe gajah
diperbanyak secara vegetatif dengan rimpangnya. Bibit jahe berkualitas didapat
dari tanaman induk tua minimal berumur 10 bulan, ditandai dengan daun tanaman
yang sudah kering dan mati disemua bagian. Rimpang yang akan ditanam minimal
memiliki dua mata tunas, tidak boleh cacat atau terserang penyakit. Dalam satu
hektar dibutuhkan kira-kira 1.5 - 2 ton rimpang bibit jahe.
Jahe gajah
ditanam awal musim penghujan dengan pola tanam secara monokultur, Jahe gajah
agar pertumbuhannya maximal maka perlu dilakukan pemeliharaan tanaman. Salah
satunya adalah dengan memperhatikan system pengairan terutama selama fase
pertumbuhan awal karena jahe gajah butuh air yang memadai. Pengairan harus
dilakukan secara kontinu dan dikurangi hingga fase penuwaan rimpang. Tanah yang
terlalu basah membuat rimpang midah busuk.
Apabila
tanaman bermasalah atau mati maka perlu diganti dengan cara penyulaman yang
bertujuan agar jumlah populasi tetap. Penyiangan dilaksanakan apabila
pertumbuhan gulma sudah dirasa mengganggu tanaman. Agar tanaman jahe tidak
rebah maka perlu dilakukan pembubunan/ penimbunan pada saat tanaman berumur
1-1, 5 bulan.
HAMA DAN
RENYAKIT.
Jahe gajah
dalam masa pertumbuhannya juga tidak luput dari hama dan penyakit. Hama yang
kerap menyerang adalah lalat rimpang Mimegrala coeruleifrons yang memakan
seluruh bagian rimpang, lalat rimpang eumerus figurans walker yang memakan
bagian lunak rimpang penyebab tanaman layu dan keropos serta lalat
lamprolonchaea sp yang menyerang rimpang hingga menjadi busuk.
Penyakit
yang sering menyerang adalah bakteri pseudomonas zingiberi menyebabkan bagian
pangkal batang semu membusuk dan rebah, Cendawan phyllosticta zingiberi ramak
yang dapat menyebabkan daun rusak, menguning kemudian mengecil dan Cendawan
pythium yang menyebabkan pembusukan rimpang jahe yaitu busuk basah atau busuk
lunak.
MASA PANEN.
Jahe gajah dipanen
apabila telah tua dan berumur minimal 10 bulan. Ciri fisik yang nampak yaitu
apabila rimpang ditekan terasa sangat keras dan susah untuk dikelupas kulitnya
dengan tangan. Warna pada kulit luar kelihatan segar kekuningan, mengkilat dan
tidak ada warna kemerahan pada ujung rimpang.
Jahe gajah yang dipanen muda untuk asinan, dilakukan saat tanaman berumur 3 s/ d 4 bulan. Ciri-ciri fisik yang nampak adalah rumpun tanaman masih hijau, rimpang gemuk, ujung-ujung rimpang masih berwarna kemerah-merahan, beranak banyak dan bila rimpang dipotong maka belum kelihatan serat-seratnya.
Jahe gajah dipanen dengan membongkar tanah secara keseluruhan menggunakan garpu tangan. Pembongkaran tidak dianjurkan memakai cangkul agar dapat dihindari jahe terpotong karena tercangkul. Jahe yang patah atau rusak menyebabkan masuk ke-grade export yang lebih rendah yang berarti nilai jualnya menjadi rendah pula.
Jahe gajah yang telah digrade dikumpulkan menjadi satu kemudian didiamkan selama 1- 2 hari digudang penampungan. Tujuannya agar tanah yang masih menempel dijahe menjadi kering dan luruh sehingga bersih tanah. Salah satu persyaratan export adalah jahe harus bersih dari tanah yang menempel di rimpang.
Jahe gajah yang dipanen muda untuk asinan, dilakukan saat tanaman berumur 3 s/ d 4 bulan. Ciri-ciri fisik yang nampak adalah rumpun tanaman masih hijau, rimpang gemuk, ujung-ujung rimpang masih berwarna kemerah-merahan, beranak banyak dan bila rimpang dipotong maka belum kelihatan serat-seratnya.
Jahe gajah dipanen dengan membongkar tanah secara keseluruhan menggunakan garpu tangan. Pembongkaran tidak dianjurkan memakai cangkul agar dapat dihindari jahe terpotong karena tercangkul. Jahe yang patah atau rusak menyebabkan masuk ke-grade export yang lebih rendah yang berarti nilai jualnya menjadi rendah pula.
Jahe gajah yang telah digrade dikumpulkan menjadi satu kemudian didiamkan selama 1- 2 hari digudang penampungan. Tujuannya agar tanah yang masih menempel dijahe menjadi kering dan luruh sehingga bersih tanah. Salah satu persyaratan export adalah jahe harus bersih dari tanah yang menempel di rimpang.
III.
PEDOMAN
BUDIDAYA
III.a. Pembibitan
1)
Persyaratan
Bibit
Bibit
berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik
(persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu
fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang
harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
2)
Teknik
Penyemaian Bibit
Untuk
pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam
sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan
dengan peti kayu atau dengan bedengan.
a. Penyemaian
pada peti kayu
Rimpang
jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian
disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana
setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari.
Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman
jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar
1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan
cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu
diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam
padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam
padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian
pada bedengan
Buat
rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton - 2ton
(kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat
bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada
bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi
jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang
dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan
dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah
2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar
tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu
dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan
beratnya 40-60 gram.
3)
Penyiapan
Bibit
Sebelum
ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit
tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida
sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
II.
Pengolahan Tanah
1) Persiapan
Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman media yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman media yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2)
Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi tanahnya jelek/tidak ratakita ratakan dulu untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pada daerah-daerah yang kondisi tanahnya jelek/tidak ratakita ratakan dulu untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
3) Pebuatan
media
Untuk metode penanaman dalam pot di perlukan tanah dengan campuran
kotoran kambing atau ternak lainya dan sekam padi dengan perbandingan 3:1:1.dan
menambahkan kapur apa bila Kondisi tanah masam guna mencegah perkembangan
beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga
berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk
mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar,
mempertebal dinding sel buah,
Parameternya
sebagai berikut:
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
III .Teknik
Penanaman
1) Penentuan
Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan hasil produksi cukup tinggi. Praktek di lapangan ada jahe yang ditumpangsarikan dengan kayu kayuan Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.mamun disini mengigat lahan yang di gunakan diprioritaskan adalah lahan kritis maka yang cocok tentu jenis kayu-kayuan sepeti jat,mahoni,sengon dan sejenisnya,
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan hasil produksi cukup tinggi. Praktek di lapangan ada jahe yang ditumpangsarikan dengan kayu kayuan Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.mamun disini mengigat lahan yang di gunakan diprioritaskan adalah lahan kritis maka yang cocok tentu jenis kayu-kayuan sepeti jat,mahoni,sengon dan sejenisnya,
2) Pembuatan
Lubang Tanam
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi pengairan yang buruk dan gaguan dari guma maka sebaiknya media tanam dibentuk menyerupai bedengan-bedengan dengan mengunakan platik mulsa hitam perak sebagai pembungkusnya,Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm dan lebar 5-10cm untuk menanam bibit.
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi pengairan yang buruk dan gaguan dari guma maka sebaiknya media tanam dibentuk menyerupai bedengan-bedengan dengan mengunakan platik mulsa hitam perak sebagai pembungkusnya,Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm dan lebar 5-10cm untuk menanam bibit.
3) Cara
Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4) Perioda
Tanam
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
IV.
Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan untuk melihat rimpang yang mati. Untuk segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan untuk melihat rimpang yang mati. Untuk segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
3) Pemupukan
a. Pemupukan
Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan media tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar dicampur tanah olahan. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan media tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar dicampur tanah olahan. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan
Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Namun dengan metode ini Pupuk diberikan dengan cara di tambahkan pada air penyiraman
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Namun dengan metode ini Pupuk diberikan dengan cara di tambahkan pada air penyiraman
4) Pengairan
dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September guna menjamin ketersedian air
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September guna menjamin ketersedian air
6) Waktu
Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
VI. HAMA DAN PENYAKIT
VI.a Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
a. Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
b.
Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan
tanaman jahe menjadi kering dan mati.
c.
Kumbang.
VI.b.
Penyakit
a. Penyakit layu bakteri
Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab.
Pengendalian:
a. Jaminan kesehatan bibit jahe
b. karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
c.pengendalian dengan pola pengairan yang baik;
d. pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
b.
Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala : Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
a. penggunaan bibit yang sehat
b. penerapan
pola tanam yang baik;
c. penggunaan fungisida.
c. penggunaan fungisida.
c.
Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala:
Pada daun
yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna
abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan
pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.
Pengendalian :
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas
VI.c. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman jahe adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.namun dalam sistem ini gulma telah di kendalikan dengan mulsa pembungkus
Gulma potensial pada pertanaman jahe adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.namun dalam sistem ini gulma telah di kendalikan dengan mulsa pembungkus
.VI.d.
Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1.
Mengusahakan
pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari
hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
2.
Memanfaatkan
semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
3.
Menggunakan
varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4.
Menggunakan
pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5.
Menggunakan
teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan
pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa
tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6.
Penggunaan
pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen maupun pada
tanah.
Disamping itu
penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan atas kerusakan
ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1.
T
embakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak
sebagai 1. fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya
Aphids.
2.
Piretrum
(Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan
sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya
dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu,
hama gudang, dan lalat buah.
3.
Tuba
(Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk
insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
4.
Neem
tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang
bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap
seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun
(Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan
virus RSV, GSV dan Tungro.
5.
Bengkuang
(Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang
dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6.
Jeringau
(Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya
digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang
Callosobrocus,
VII.
Perkiraan Hasil Panen
Produksi
rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 20 sampai dengan 50ton/hektar
atau 2 sampai dengan 5 ons/rumpun, hasil optimal dapat di capai apabila
megunakan system budidaya secara intensif. sedangkan untuk klon jahe emprit
atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar atau 1-1.5ons/rumpun.
VII. ANALISA USAHA
VII.a. BIAYA SEWA TANAH DAN PERALATAN
NO
|
JENIS KEBUTUHAN
|
JUMLAH
|
BIAYA
|
|
Harga satuan
|
jumlah
|
|||
1
|
Sewa
Tanah
|
1Ha
|
3.000.000,-
|
3.000.000,-
|
2
|
Sewa
Gudang Penyimpanan
|
120m2
|
2.000.000,-
|
2.000.000,-
|
3
|
Pompa
air 4inci
|
1
|
7.000.000,-
|
7.000.000,-
|
4
|
Ember
Siram Pupuk
|
8
|
35.000,-
|
280.000,-
|
5
|
Alat
Semprot Pestisida
|
2
|
350.000,-
|
700.000,-
|
6
|
Ember
Besar Cuci Panen
|
20
|
45.000,-
|
900.000,-
|
7
|
Keranjang
Panen
|
30
|
35.000,-
|
1.050.000,-
|
8
|
Timbangan
|
1 buah
|
950.000,-
|
. 950.000,-
|
9
|
Instalasi
Listrik
|
900 watt
|
3.500.000,-
|
3.500.000,-
|
10
|
Terpal
6M X 8M
|
5lembar
|
450.000, -
|
2.250.000,-
|
11
|
Cangkul
|
5 buah
|
65.000,-
|
325.000,-
|
12
|
Sabit
|
5 buah
|
35,000,-
|
175.000,-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
22.130.000,-
|
VII.b. BIAYA
PRODUKSI
NO
|
JENS
KEBUTUHAN
|
JUMLAH
|
BIAYA
|
|
HARGA
SATUAN
|
JUMLAH
|
|||
1
|
Bibit
|
2000
kg
|
22.000,-
|
44.000.000,-
|
2
|
Pupuk Urea
|
65kg
|
2.000,-
|
130.000,-
|
3
|
KCL
|
160KG
|
2500,-
|
400.000.-
|
4
|
Kompos
|
3000kg
|
500,-
|
1.500.000,-
|
5
|
Pupuk Kandang
|
8000kg
|
300,-
|
2,400.000,-
|
6
|
Pestisida
|
20L
|
75.000,-
|
1.500.000,-
|
7
|
Solar Diesel
|
240L
|
4.500,-
|
1.080.000,-
|
8
|
Karung Packing
|
400lembar
|
2.500,-
|
1.000.000,-
|
9
|
Listrik
|
12bulan
|
60.000,-
|
720.000,-
|
10
|
Tenaga kerja a.
persiapan tanam
b.
Perawatan
c.
panen
|
70HKO
12Bulan
40HKO
|
50.000,-
1.500,000,-
50.000,-
|
3.500.000,-
18.000.000,-
2.000.000,-
|
Total
|
74.230.000,-
|
VII.c. BIAYA PROYEK PER Ha
NO
|
KOMPONEN
BIAYA
|
jumlah
|
1
|
BIAYA SEWA TANAH DAN
PERALATAN
|
22.130.000,-
|
2
|
BIAYA
PRODUKSI
|
74.230.000,-
|
total
|
96.360.000,-
|
VII.d. ASUMSI
Perhitungan
budidaya jahe ini berdasarkan asumsi sebagai berikut
1
|
Hasil Panen jahe
|
35.000kg
|
2
|
Harga jahe
|
6.500,-
|
3
|
Sewa lahan per Ha
|
3.000.000,-
|
4
|
Penyusutan investasi
per tahun
|
8.826.000,-
|
5
|
Biaya produksi
|
74.230.000,-
|
VII.e. LABA
RUGI
no
|
uraian
|
jumlah
|
1
|
Hasil pejualan jahe
|
227.500.000,-
|
2
|
Sewa lahan dan
penyusuta alat
|
6.826.000,-
|
3
|
Biaya produksi
|
74.230.000,-
|
Laba
|
146.444.000,-
|
VIII. PENUTUP
Demikian
pengajuan Proposal budidaya jahe gajah dilahan kritis dari saya semoga dapat
mendorong semangat usaha dari rekan rekan agar dapat menajukan sektor pertanian
kedepan dengan berani bekerja lebih keras lagi ,dengan menerapkan tekmologi
tepat guna untuk untuk menhasil kan produk – produk bermutu tinggi,sehinga
dapat menjajikan pendapatan yang libih baik lagi di masa yang akan datan bagi
pelaku pelaku di sektor pertanian ini , Tentu masih bayak kekurangan dalam
proposal ini .untuk itu kami siap untuk menerima saran dan masukanya,Atas
perhatian, kebijaksanaan dan perhatian saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya
slamet wahyudi
Hormat saya
slamet wahyudi
Langganan:
Postingan (Atom)